Senin, 28 Desember 2009

Nasib Nasabah Century Harus Diutamakan

“Meskipun sudah diselamatkan oleh pemerintah melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), tapi masih ada nasabah Bank Century yang menjadi korban dan akhirnya stres bahkan sampai bunuh diri akibat dananya yang diletakkan di instrumen Antaboga tidak kembali”.


Kasus Century Bank merupakan kasus yang melanda salah satu bank di Indonesia saat ini. Kasus ini bermula dari dua hal. Pertama, bank Century bankrut karena dirampok pemiliknya sendiri. Kedua, saat bank yang berganti nama menjadi Bank Mutiara ini jatuh, kondisi dunia sedang mengalami krisis ekonomi global. Seperti yang telah dikatakan Menteri Keuangan Sri Mulyani (detikfinance.com) “"Bank Century ini kombinasi 2 sial saja, krisis dan manajemen yang jelek".


Menanggapi permasalahan yang menimpa Bank Century (kini Bank Mutiara), pemerintah mengambil langkah dengan cara mengalirkan dana sebesar Rp 6,7 triliun kepada Bank Century dengan maksud sebagai uang “talangan”. “Yang terjadi sekarang, nasabah Antaboga masih menangis karena tidak bisa mengambil uangnya. Selain itu, deposan besar juga mengaku baru mengambil sedikit dari total uang yang dimiliki di Bank Century. Ini menimbulkan kecurigaan, jangan-jangan dana yang disuntikkan LPS sudah tidak ada alias kosong,” ujar Yanuar di Jakarta, dalam diskusi mengenai kasus Bank Century, (kabarnet.wordpress).


Pemerintah diminta untuk mengumumkan aliran dana talangan tersebut secara transparan. Sebab sudah muncul kecurigaan bahwa dana talangan itu sudah tidak ada. Meski menginginkan proses hukum tetap dilanjutkan, pengamat perbankan Yanuar Rizki mengatakan, nasabah eks Bank Century lebih menginginkan dana mereka dikembalikan.


Para nasabah meminta DPR untuk membantu menyelesaikan pengembalian dana nasabah Bank Century yang totalnya mencapai Rp1,7 triliun. "Kami telah ditipu oleh manajemen Bank Century. Semula kami memasukkan uang dalam bentuk deposito tapi dalam perjalanannya uang itu dialihkan menjadi investasi dana tetap terproteksi," ujar Koordinator Forum Nasabah Bank Century Siput dalam rapat dengar pendapat umum dengan Komisi III DPR di Gedung MPR/DPR.


Meskipun sudah diselamatkan oleh pemerintah melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), tapi masih ada nasabah Bank Century yang menjadi korban dan akhirnya stres bahkan sampai bunuh diri akibat dananya yang diletakkan di instrumen Antaboga tidak kembali (detikfinance.com).


Nasabah di Bank Century terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari orang-orang “gede” hingga wong-wong “cilik” (orang-orang “kecil”.red). Dalam kasus ini, Bank Century mengambil langkah dengan cara mengganti nama menjadi Bank Mutiara. Lalu apa yang terjadi? Sama saja tidak ada efek yang signifikan dari perubahan nama tersebut. Toh, masyarakat kita sekarang sudah pintar-pintar, percuma merubah nama hanya sekedar untuk merubah image saja.


Saya pikir kini saatnya bagi pihak pemerintah yang mengalirkan dana ke Bank Century maupun pihak Century itu sendiri, mengumumkan aliran dana Rp 6,7 triliun tersebut secara transparan. Jujur aja bung, biarlah masyarakat yang menilai kalian semua! Jika sudah jujur langkah selanjutnya tentu saja mengembalikkan uang para nasabah. Karena terus terang saja, peran seorang psikolog dalam kasus kali ini hanya sebatas mencegah atau meminimalisir stress dari para korban bank yang sedang bermasalah ini. Sedangkan cara penyembuhan yang benar-benar mujarab adalah uang mereka harus benar-benar kembali seutuhnya.


oleh : Christanto Maulana A.

Dampak Century-Gate Bagi Perekonomian Indonesia

Kasus bailout dana sebesar 6,7 triliun rupiah dari Bank Indonesia kepada Bank Century akhir-akhir ini menjadi topik yang ramai diperbincangkan. Pemilihan kata century-gate dan bukannya kasus Bank Century dalam tulisan ini sesungguhnya tidak lepas dari kenyataan bahwa kasus Bank Century ini tidak kalah serius dari kasus-kasus seperti Buloggate maupun BLBI-Gate di masa presiden BJ Habibie. Apa dampak Century-Gate ini bagi perekonomian Indonesia?

Dampak nyata dari pemberian bailout ini adalah kerugian Negara sebesar 4 triliun rupiah yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Padahal dana yang berasal dari para pembayar pajak ini seharusnya dialokasikan bagi kepentingan umum dan bukannya menjadi dana gelap yang mengalir tanpa keterangan. Dana sebesar 4 triliun ini setidaknya bisa dipakai untuk membantu penyelesaian tol trans-jawa atau membangun infrastruktur pertanian maupun pertahanan.

Dampak lain dari pemberian bailout ini adalah dampak psikologis. Dampak psikologis ini ibarat pisau bermata dua karena selain memberi efek positif, tetapi juga memberi efek negatif. Efek positif dari pemberian dana ini adalah menguatkan kepercayaan investor, khususnya di saat pemberian bailout yang bertepatan dengan masa krisis global. Hal ini dapat memberi rasa aman untuk berinvestasi di Indonesia saat itu karena adanya jaminan dari pemerintah. Tetapi di sisi lain tidak adanya pertanggungjawaban dana sebesar 4 triliun telah membuat para investor mempertanyakan kapabilitas pemerintah dalam mengawasi penyaluran dana perbankan dan dalam skala lebih besar mengawasi perekonomian Indonesia. Hal ini menimbulkan pertanyaan, mengapa pemerintah bisa salah memprediksi kucuran dana yang dibutuhkan? Apakah ada motif politik?

Jika benar ada motif politik, maka bagi para investor maupun pelaku ekonomi hal ini menunjukkan betapa tidak transparannya pemerintah. Efeknya adalah para investor asing menjadi enggan berinvestasi di Indonesia karena tidak terciptanya Good Governance dalam pemerintahan. Sedangkan jika pemerintah salah memprediksi kebutuhan bailout kepada bank century, hal ini hanya akan mengakibatkan diragukannya kemampuan tim ekonomi pemerintah.


Selain itu pengusutan kasus bank century yang berlarut-larut hanya menyebabkan ketidakpastian dalam berinvestasi dan kekhawatiran adanya goncangan politik akibat kasus ini dapat menyebabkan larinya investor dan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Jika dilihat dari sisi pemerintah hal ini bukannya tidak berdampak besar, tidak adanya dukungan resmi pemerintah terhadap kebijakan ekonomi bisa membuat ekonomi lamban dalam bertindak jika ada kasus seperti ini di waktu mendatang. Itu karena tidak ada jaminan hukum dalam pengambilan keputusan.
Secara psikologis, saat ini investor dihadapkan pada suasana menjelang liburan akhir tahun serta diselingi libur panjang di akhir pekan. Selain itu, isu-isu yang berkembang sudah mencakup ranah "political capital", dan efek untuk perkembangan bursa tidak terlalu berpengaruh secara individual maupun keseluruhan. Hanya sentimen psikologis yang relatif kecil dampaknya terhadap pasar. Melalui psikologi pasar: "medium to high impact". Kegagalan bank ini dapat menambah ketidakpastian pada pasar domestik yang dapat berakibat fatal pada psikologi pasar yang sedang sensitif.

Dapat dipastikan jika kasus ini tidak diselesaikan dengan cepat hal ini akan berakibat pada stagnasi pembangunan dan larinya investor dan modal ke luar negeri, semua hal ini akan berdampak pada pelambatan pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Oleh karena itu dilihat dari dampak ekonomi, bailout bank century tidak dapat dikatakan sepenuhnya salah karena hal ini juga membawa dampak positif. Tetapi yang salah adalah adanya dana 4 triliun yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, hal ini jelas membawa kerugian besar bagi bangsa Indonesia. Semoga kasus ini dapat terselesaikan secara transparan dan sejujur-jujurnya, sehingga hal ini tidak terjadi lagi di waktu-waktu berikutnya.


By : Sofa Nurseha

Rabu, 16 Desember 2009

Sebuah Pembangunan Modern

Mengejar ketinggalan merupakan bentuk tindakan yang harus dilakukan sekarang ini. Sebagai anak bangsa, apapun akan dilakukan untuk memajukan dan mensejahterakan negara ini. Modernisasi sebagai salah satu bentuk tindakan untuk memajukan bangsa. Dalam berbagai bidang, apapun akan dilakukan agar tujuan tercapai. Dengan melirik negara lain sebagai bentuk motivasi ataupun inspirasi membuat adanya niatan untuk mencontoh apa yang dilakukan negara lain. Namun terkadang hal itu bisa menjadi gamparan untuk kita, mengapa kita tak terlebih dulu untuk bertindak sebelum negara lain.

Perwujudan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh anak bangsa sudah banyak dilakukan. Dengan berbagai pertimbang manfaat yang akan ditimbulkan, tanggal 10 Juni 2009 diselesaikannya pembangunan jembatan Suramadu. Ini adalah hasil karya anak bangsa yang harus dibanggakan untuk negara ini sekaligus sebagai bukti kalau negara ini memang mampu. Jadi tidak hanya asal bicara, tapi memang terbukti. Kesempurnaan memang masih belum bisa diraih pada saat itu, masih banyak kontrofersi yang terjadi, seperti masih rawannya kriminal, pertentangan politik dan sebagainya, sehingga sempat terjadi penutupan jembatan Suramadu selam 4 hari. Ada pihak yang berpendapat kalau adanya jembatan tersebut hanya akan mengeksploitasi wilayah/ daerah, sehingga ditakutkan akan menarik perhatian investor untuk menanamkan modal dan menyerap semua sumberdaya yang dimiliki daerah tersebut. Selain itu ada penambahan kalau jembatan ini dibangun akan membuat inspirasi untuk membuat jembatan-jembatan yang sama untuk menyambungkan antar pulau. Hal ini membuat pencemaran nama Indonesia yang disebut negara agraris, negara yang memiliki banyak pulau-pulau.

Dewasa ini, di jembatan suramadu mengadakan event run international yg rencananya akan diadakan setiap tahun. Event ini diadakan untuk menarik perhatian dunia, memperkenalkan suramadu. Selain itu even ini diadakan sebagai ajang penyaluran bakat bagi atlet lari nasional. Tentunya event yang diselenggarakan ini memang sangat bermanfaat untuk bangsa ini. Memang hal ini mengundang eksploitasi daerah, tapi juga menumbuhkan kehidupan-kehidupan baru. Pemerintah pun juga pasti memperhitungkan baik buruknya dalam keputusannya, dengan mempertimbangkan kesejahteraan rakyat. Boleh memperkirakan buruknya yang akan terjadi nanti, dengan membandingkan daerah lain yang mengalami eksploitasi daerah. Jadikan hal itu sebagai parameter agar tidak terjadi kejadian yang sudah-sudah.




“Memang manusia memiliki pemikiran negatif pada sesuatu yang baru dan asing, karena ketakutan akan ancaman.
Namun ketika hal itu sudah ada di tengah kehidupan, semua itu menjadi biasa saja setelah mengenal lebih dalam. Biarkan terjadi pemikiran negatif ketika hal yang baru dan asing muncul, karena ketika itu terjadi, tujuannya hanya ingin mendapatkan keberadaan yang diakui, bukan sebagai benalu.”
(Geradona, 2009)

“Biarkan orang lain berpikir negatif pada awal bertemu sesuatu yang baru, asalkan bisa mendapatkan pemikiran positif nantinya”,
kata salah satu teman saya.



-Oleh: Hernando Geradona Fourdy Prayitno-

Jembatan Suramadu sebagai Pretise Bangsa Indonesia

Jembatan Suramadu baru-baru ini diresmikan di Indonesia, ini sebagai bukti bahwa Indonesia mampu berkiprah di dunia sebagai salah satu arsitek jembatan yang mandiri. Karena jembatan ini benar-benar murni dibuat oleh anak bangsa.
Maka hal ini sesuai dengan salah satu teori Karen Horney tentang kebutuhan Neurotik yaitu:

1. Kebutuhan pengakuan social atau prestise : Kebutuhan memperoleh penghargaan sebesar-besarnya dari masyarakat. Banyak orang yang berjuang melawan kecemasan dasar dengan berusaha menjadi nomor satu, menjadi yang terpenting, menjadi pusat perhatian. Dengan berdirinya jembatan suramadu, secara otomatis Indonesia diakui oleah negara-negara disekitarnya.

2. Kebutuhan menjadi pribadi yang dikagumi: Kita beri contoh pengidap neurotik yang memiliki gambaran diri melambung dan ingin dikagumi atas dasar gambaran itu, bukan atas siapa sesungguhnya mereka. Inflasi harga diri yang terus menerus terjadi harus ditutupi juga secara terus menerus dengan penghargaan dan penerimaan dari orang lain. Segala kegagalan maupun kesulitan yang dialami pada saat pembuatan jembatan suramadu telah tertutupi dengan suksesnya jembatan Suramadu yang telah kokoh berdiri saat ini. Sehingga imej positif bangsa Indonesia bertambah.

3. Kebutuhan ambisi dan prestasi pribadi: Penderita neurotic sering memiliki dorongan untuk menjadi yang terbaik, dan memaksa diri mereka untuk semakin berprestasi sebagai akibat dari perasaan tidak aman, dan harus mengalahkan orang lain untuk menyatakan superioritasnya.

4. Kebutuhan mencukupi diri sendiri & independensi: Dengan berdirinya jembatan Suramadu, mereka akan memiliki tambahan pengalaman yang akan mencukupi kebutuhan mereka sendiri jika saatnya mereka merancang jembatan sendiri. Bangsa Indonesia akan berubah menjadi bangsa yang independent dan cenderung tidak mau terikat dengan bantuan lain. Disebabkan karena bangsa Indonesia dapat hidup tanpa orang lain.

Yang jadi masalah sekarang ialah, dapatkah bangsa ini merawat dan pantaskah jembatan suramadu bertengger di sana?


Ditulis oleh: Reza D. Pratama

Selasa, 15 Desember 2009

Jembatan Suramadu: Sebuah Awal Pembangunan Kontemporer

“Akhirnya kini kita memiliki jembatan yang bisa dibanggakan di kancah Internasional. Inggris punya Golden Gate, Amerika punya Brooklyn Bridge, Indonesia punya Jembatan Suramadu.”



Jembatan Suramadu adalah jembatan yang menghubungkan 2 pulau yaitu Pulau Jawa dan Pulau Madura, melintasi Selat Madura. Memiliki panjang 5.438 meter, jembatan ini merupakan jembata terpanjang di Indonesia saat ini. Perkiraan biaya pembangunan jembatan ini adalah 4,5 triliun rupiah. Sebuah angka yang cukup fantastis untuk membangun sebuah jembatan.

Pembangunan jembatan ini ditujukan untuk mempercepat pembangunan di Pulau Madura, meliputi bidang infrastruktur dan ekonomi di Madura, yang relatif tertinggal dibandingkan kawasan lain di Jawa Timur. Selain itu terdapat manfaat tak langsung yang ada di Jembatan Suramadu ini, yaitu manfaat psikologis. Seperti layaknya Golden Gate dan Brooklyn Bridge yang menjadi kebanggaan di negaranya masing-masing, Jembatan Suramadu kini mulai menjadi kebangaan bagi Bangsa Indonesia. Tim pakar pembangunan Jembatan Suramadu terdiri dari beberapa pakar yang berasal dari universitas-universitas di Indonesia seperti ITS, UGM, UI, ITB, UNDIP, UNAIR, dan UNJOYO. Ini sebagai bukti kualitas sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia sangat bermutu. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang kita miliki terbukti tidak kalah dengan negara lain.

Seperti layaknya jembatan-jembatan terkenal di dunia yang sering menjadi tempat diadakannya perlombaan , Jembatan Suramadu ternyata multifungsi. Selain digunakan untuk penyeberangan antar pulau, Jembatan yang terletak di Selat Madura ini digunakan untuk beberapa acara, salah satunya adalah Lomba Lari Lintas Suramadu yang diadakan pada 29 November kemarin. Lomba bertemakan a Run for Unity. Jumlah peserta mencapai 7500 orang diantaranya pelari dari dalam negeri dan luar negeri. Mattew Sigei dari Kenya memenangkan perlombaan ini dengan waktu 30,70 menit.



Suksesnya perlombaan ini mengundang pujian dari berbagai kalangan. Salah satunya adalah Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, Andi Malarangeng, "Saya bangga dengan lomba ini dan saya harapkan bisa mengharumkan nama bangsa,". Selain itu jembatan Suramadu ini kelak akan dijadikan ikon nasional.

Suksesnya acara yang berlangsung di Suramadu akan menjadi motivasi tersendiri bagi masyrakat Indonesia agar tetap menjaga jembatan yang menghubungkan Pulau Madura dan Surabaya ini. Motivasi dalam bentuk eksternal (pengaruh lingkungan) ini dapat memotivasi individu, khususnya masyarakat Indonesia untuk melakukan hal sebaik mungkin agar tercapai tujuannya. Jembatan Suramadu telah menunjukkan bahwa bangsa ini mampu untuk meraih kemajuan dan harus tetap dijaga bersama-sama.
Keamanan jembatan ini diharapkan tetap dijaga dari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Karena terdapat banya manfaat yang ada pada jembatan ini. Bukan hanya jembatan penyeberangan antar pulau, tetapi juga jembatan penyeberangan ke Indonesia yang lebih maju. Maju dalam IPTEK, moral, olahraga, ekonomi, dan lain sebagainya.

Christanto Maulana A.

Selasa, 27 Oktober 2009

Pentingnya Psikologi dalam Penanganan Korban Gempa Sumatera Barat


Pada hari Rabu, 30 September 2009 pada pukul 17:16:09 WIB, gempa 7,6 skala ricther (SR) mengguncang Pariaman, Sumatera Barat. Pusat gempa berada di arah 57 kilometer barat daya Pariaman dengan kedalaman 71 kilometer. Gempa bumi adalah getaran yang terjadi permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terrjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan. Hingga saat artikel ini dibuat (10/10) tim evakuasi baru berhasil menemukan 506 korban tewas. Adapun 481 korban lainnya hingga kini masih dalam proses pencarian. “Di wilayah Padang, tim terjun di empat lokasi yang diduga menelan korban cukup banyak yakni di Hotel Ambacang, LIA, Sentra Pasaraya dan Ruko Ayu,”,” ujar Kepala Danrem 032 Wirabraja, Kolonel Infrantri Mulyono (Tempo Interaktif, 8/10). Hingga saat ini proses evakuasi dilakukan oleh seluruh satuan baik dari Satuan tentara Nasional Indonesia maupun dari Kepolisian, “Mereka juga turut diperbantukan oleh sejumlah relawan baik dari dalam dan luar negeri,” ujar Mulyono. Masih banyak gempa susulan yang terjadi setelah gempa pada hari Rabu. Tak kurang dari 898 kali gempa susulan di sekitar pusat awal di 57,5 kilometer barat daya Kota Pariaman. Yang bisa dirasakan manusia terhitung 45 kali. "Semua data itu terekam di kantor BMKG. Tapi, itu tidak membahayakan," kata Kepala BMKG Sumatera Barat Taufik Gunawan didampingi Kabag Pemberitaan Humas Setprov Sumbar Zulnadi (10/10).

Hingga saat ini masih banyak pasien luka-luka yang dirawat di rumah sakit, misalnya di Rumah Sakit Muhammad Jamil Padang, Sumatera Barat, yang sejak gempa melanda, pasien tidur di tenda-tenda darurat sudah masuk ke ruangan bangsal masing-masing. Namun ada seorang pasien laki-laki tua yang tidak mau kembali ke bangsal dan memlih tetap bertahan di tenda. Laki-laki tua ini mengaku trauma dengan gempa yang telah menyebabkan kakinya luka ketika berusaha menyelamatkan diri. Nah dari sini dapat kita lihat bahwa pasien tidak hanya menderita luka serius secara fisik, akan tetapi menderita luka serius secara psikis (jiwa) juga berupa trauma. Gangguan stress pasca-trauma atau Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) biasa terjadi pada orang yang terkena bencana, baik alam (misalnya angin topan) atau buatan manusia (misal kecelakaan mobil hebat), berhubungan dengan peperangan, mengalami atau melihat kekerasan fisik atau seks. Mengalami atau melihat peristiwa yang traumatik yang mengancam kematian atau luka serius bisa mempengaruhi seseorang lama setelah pengalaman berlalu. Gempa di Padang meyebabkan beberapa orang mengalami gangguan stress post-traumatik. Mimpi buruk biasa terjadi dan kadangkala peristiwa hidup kembali sebagaimana jika terjadi (flashback). Orang secara terus menerus menghindari benda yang mengingatkan pada trauma. Gejala depresi dan perasaan bersalah biasa terjadi, misal mereka bisa merasa bersalah bahwa ketika mereka bertahan hidup sedangkan orang lain tidak. Dari permasalahan ini lalu timbul pertanyaan, apakah upaya pencegahan atau preventif lebih baik daripada penanganan setelah gejala PTSD itu terjadi?

Menurut pemikiran kami, upaya preventif lebih tepat dilakukan sebelum PTSD itu terjadi. Sebenarnya bukannya kami menyalahkan penanganan setelah gejala PTSD terjadi, akan tetapi alangkah lebih baik bila kita mencegah gejala itu muncul. Slogan masyarakat ”mencegah lebih baik daripada mengobati” mungkin lebih akrab di telinga kita. Apabila kita mendengar slogan tersebut pasti yang muncul di benak kita adalah upaya pencegahan secara medis sebelum sakit secara fisik dengan memakan buah-buahan dan sayuran. Ternyata slogan itu juga cocok untuk penyakit-penyakit jiwa (psikis). Seperti kasus korban gempa padang yang mengalami trauma berat pasca gempa di atas, sepertinya tidak dilakukan upaya preventif oleh psikolog untuk mencegah terjadinya trauma. Padahal upaya preventif lebih penting daripada menunggu orang terkena trauma dahulu baru dirawat.

Ada baiknya bagi pemerintah untuk membentuk sebuah tim khusus yang melayani masyarakat yang terkena bencana. Tim itu harus lengkap mulai dari tim evakuasi, medis, logistik, keamanan, bahkan psikologi. Peran psikolog di sini sangat penting karena mengupayakan untuk mencegah terjadinya trauma. Psikolog menangani korban segera setelah bencana terjadi, akan tetapi penaganan tidak secara langsung. Observasi dilakukan dahulu oleh psikolog untuk menentukan apakah korban lebih membutuhkan perawatan secara medis terlebih dahulu atau lebih membutuhkan bantuan yang lain. Psikolog bisa mendampingi korban misalnya dalam mencari keluarga korban yang hilang atau harta benda yang ingin diselamatkan. Untuk hal ini jiwa besar seorang psikolog harus ditanamkan. Korban yang telah berkumpul bersama keluarganya akan merasa sangat tenang dan nyaman, mulai saat itulah psikolog mulai melakukan diagnosa terhadap korban. Apabila korban terindikasi akan mengalami trauma maka psikolog harus menyusun suatu langkah-langkah intervensi atau treatment yang akan diberikan. Saat proses pencegahan ini dilakukan, korban harus dipantau terus akan kebutuhannya. Pada dasarnya kebutuhan fisiologis seperti makan, minum, istirahat, dan lain sebagainya harus terpenuhi lebih dahulu. Sesuai teori hirarki kebutuhan Abraham Maslow dimana kebutuhan fisiologis menjadi dasar sebelum kebutuhan-kebutuhan lainnya terpenuhi. Akan tetapi sekarang adalah masalah budaya masyarakat Indonesia pada umumnya masih merasa canggung untuk mengeluarkan isi hatinya kepada seorang psikolog. Karena orang dengan lingkungan berkebudayaan kolektivisme akan lebih mudah mengungkapkan perasaan positif kepada orang diluar keluarga dan menekan perasaan negatif untuk tidak keluar. Padahal perasaan negatif inilah yang bakal mengindikasikan apakah orang ini mengalami masalah, dan sejauh mana keseriusan permasalahannya. Tentunya akan sangat sulit untuk mengubah budaya seperti itu yang telah melekat sejak nenek moyang kita. Untuk mengatasi hal itu, sebaiknya psikolog lah yang lebih bisa menyesuaikan diri kepada korban dengan cara kedekatan secara emosional. Jadi psikolog melakukan upaya preventif bersamaam dengan pendekatan emosional yang kuat. Solusi ini mungkin dapat menjawab permasalahan tentang pentingnya upaya preventif, akan tetapi muncul suatu permasalahan lagi yakni mungkinkah bantuan dari tim psikolog datang tepat waktu sebelum terjadi trauma?

Menurut pemikiran kami, untuk mencukupi Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang psikologi seharusnya setiap daerah memiliki fakultas psikologi dan di setiap fakultas tersebut dibentuk semacam pusat psikologi bencana. Dengan cara ini dua permasalahan sekaligus dapat terjawab yakni masalah SDM dan penanggulangan bencana secara cepat. Untuk itu upaya pemerintah sangat diharapkan agar cita-cita ini terealisasikan.

Jika tadi kita membicarakan upaya preventifnya, kini bagaimana dengan korban bencana yang sudah terlanjur mengalami PTSD? Korban bencana yang mengalami gangguan post-traumatik sebaiknya dirawat dengan metode Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Terapi ini mempunyai dua komponen utama. Pertama, menolong merubah pola pikir atau pemikiran yang ada setelah trauma. Kedua, mencoba mengurangi situasi kecemasan dalam keadaan yang mengundang munculnya ingatan akan masa lalu yang negatif. Konsultasi psikologi dan grup manajemen kecemasan adalah bentuk lain yang termasuk dalam terapi. Baiknya dalam konsultasi psikologi akan melibatkan terapi berjangka panjang setelah trauma agar penanganan dapat tuntas. Dalam konsultasi psikologi individu bisa membicarakan semuanya. Sedangkan dalam grup manajemen kecemasan, antar individu saling melakukan sharing atau berbagi bagaimana cara melawan kecemasan bersama.

Pada intinya pencegahan munculnya gejala seperti trauma adalah cara yang terbaik untuk menolong korban bencana. Dengan begitu korban tidak akan merasakan bagaimana rasanya trauma dan ketakutan-ketakutan akan hal lain yang menyangkut bencana dan tidak terlalu sulit dibandingkan upaya penyembuhan jika korban mengalami trauma. Selain itu membentuk suatu lingkungan keluarga maupun sosial yang kondusif untuk mencegah terjadinya trauma dan membantu penyembuhan korban. Oleh sebab itu psikologi sangat penting dalam membantu permasalahan korban bencana.


ditulis oleh: Christanto Maulana A. (Profesor 2/ Doktor sosial di PARC)